Rabu, 09 Maret 2016

Janjang Koto Gadang, Great Walls-nya Indonesia



Assalamualaikum...

Perlu jalan-jalan? Kangen jalan-jalan? Atau lagi pengen jalan-jalan, tapi nggak bisa jalan-jalan atau nggak mungkin jalan-jalan? Bingung yak? Hehehe. Intinya sih tentang jalan-jalan. Antara perlu, kangen dan pengen. Beda ya artinya walaupun intinya adalah sama, jalan-jalan. Perlu jalan-jalan, berarti memang perlu ‘mengistirahatkan’ sejenak jiwa dan pikiran dari rutinitas yang sudah mulai ‘menyiksa’. Kangen jalan-jalan berarti pengen mengenang kembali memori perjalanan di masa lalu ke suatu tempat. Nah, kalau pengen jalan-jalan, berarti ya pengen aja, bisa ke lokasi yang sudah pernah maupun yang belum pernah dikunjungi. Beda kan?! Hehehe. (Iseng amat yah saya, hahaha).

Karena saya lagi kangen jalan-jalan, jadi saya akan mengingat dan menceritakan kembali pengalaman jalan-jalan saya ke suatu tempat di Kota Bukittinggi. Iya, Kota Bukittinggi lagi, ini merupakan kali kedua saya jalan-jalan ke Kota Bukittinggi. Edisi pertama saya dan suami jalan-jalan menjelajah Sumatera Barat, kami memiliki banyak keinginan menjelajah kesana-kemari dengan waktu yang relatif singkat, sehingga kami kurang menikmati perjalanan. Lokasi-lokasi yang kami kunjungi sangat berjauhan satu sama lain, sehingga waktu kami habis di perjalanan. Kali kedua perjalanan kami ini lebih terstruktur dan santai, kami memilih untuk mengunjungi banyak objek wisata dalam satu kota, yaitu Kota Bukittinggi. 

Ada apa aja di Kota Bukittinggi? Yuukk...


Bagi traveller yang belum memiliki rezeki berlebih untuk mengunjugi Great Wall di Negara China, Anda tidak perlu khawatir, karena Indonesia juga memiliki Great Wall-nya sendiri. Dimana? Di Kota Bukittinggi dong

Namanya adalah Janjang Koto Gadang. Ada pula yang menyebut sebagai Janjang 1.000 karena dipercaya memiliki anak tangga dengan jumlah 1.000 buah anak tangga atau diperkirakan membutuhkan 1.000 langkah dari Lubang Jepang di Kota Bukittinggi menuju Koto Gadang di Kabupaten Agam. Atau bisa juga disebut dengan nama yang lebih keren yaitu Great Wall of Koto Gadang

Tanda Masuk Janjang Koto Gadang dari sisi Kab. Agam

Janjang Koto Gadang merupakan objek wisata yang terbilang baru di Kota Bukittinggi. Janjang Koto Gadang baru diresmikan pada bulan Januari 2013 oleh Menkominfo, Tifatul Sembiring menjadi Great Wall-nya Indonesia. 

Janjang Koto Gadang dibuat pada tahun 1814 secara gotong royong dimana awalnya jalan ini hanya dilalui oleh pekerja pasir yaitu untuk para pekerja pengambil pasir di sepanjang sungai Ngarai Sianok. Kemudian lambat laun dijadikan sebagai jalan alternatif bagi masyarakat sekitar untuk melakukan aktifitas dagang dan kegiatan lainnya. Jumlah jalan yang disusun menyerupai tangga dengan tanah yang ditopang pohon bambu dengan jumlah yang tidak pernah dihitung secara pasti, namun masyarakat sekitar menamakannya JANJANG SARIBU (Janjang 1.000). Jalan ini sangat membantu masyarakat yang ingin pergi ke Kota Bukittinggi dari Koto Gadang atau sebaliknya, karena dapat mempersingkat waktu perjalanan yang mestinya harus menempuh jalan yang cukup jauh. Janjang Koto Gadang juga digunakan oleh warga Koto Gadang, Koto Tuo dan sekitarnya sebagai jalan pintas untuk berbelanja, menjual hasil pertanian dan kerajinan ke Pasa Ateh dan Bawah Bukittinggi. Janjang juga digunakan warga mengambil air bersih di Batang Sianok didasar Ngarai. Seiring dengan perkembangan jaman, kini tradisi melewati mulai ditinggalkanoleh masyarakat setempat karena penduduk sudah menggunakan angkutan umum untuk menuju ke Kota Bukittinggi sehingga Janjang Koto Gadang menjadi sepi. Oleh sebab itu, para perantau Minang dan masyarakat Koto Gadang berusaha untuk mengembalikan kejayaan masa lampau Nagari Koto Gadang dengan menitikberatkan pada sektor pariwisata. Janjang Saribu yang mulai dilupakan, kini dibangun kembali dengan struktur bangunan seperti Tembok Besar di Negara China dengan menata kembali jalur janjang yang pernah ada sebelumnya dan dinamai Great Wall Of Koto Gadang.

Janjang Koto Gadang berupa jembatan sepanjang 1,7 km yang menghubungkan dua kawasan yaitu antara Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, sehingga Great Wall ala Urang Awak ini menyediakan dua pintu masuk bagi para pengunjung. Pintu pertama terletak berdekatan dengan Lobang Jepang yang terdapat di dalam Taman Panorama. Dari situ, pengunjung akan menempuh medan jalan yang menurun. Karena saya dan suami sudah pernah mengunjungi Taman Panorama dan Lobang Jepang, maka kami memilih jalan memutar, memasuki Janjang Koto Gadang melalui ujung lainnya di Kabupaten Agam. Memasuki Janjang Koto Gadang yang terletak di Kabupaten Agam, tidak ada tiket masuk, pengunjung cukup membayar tiket parkir kendaraan saja. 

Kalau sebelumnya sudah pernah menikmati keindahan pemandangan Ngarai Sianok melalui Taman Panorama, menyusuri Janjang Koto Gadang ini, kita akan disuguhkan dengan pemandangan Ngarai Sianok dalam jarak yang lebih dekat.  Kita akan melihat dengan jelas dan lebih dekat dengan kegagahan tebing-tebing gahar didukung dengan suasana persawahan yang hijau, sangat indah. Jangan lupa untuk mengabadikan keindahan pemandangan Ngarai Sianok melalui kamera. Jangan lupa juga untuk menyipakan pose dan gaya berfoto layaknya di Great Wall China yang sebenarnya walaupun Janjang Koto Gadang pun memiliki keindahan yang tidak kalah manarik jika disandingkan dengan Great Wall China. Tidak sanggup menyusuri Janjang Koto Gadang secara sekaligus? Jangan khawatir, karena terdapat juga pos-pos dibeberapa titik di antara keseluruhan Janjang Koto Gadang yang bisa digunakan sebagai tempat istirahat sambil menikmati keindahan pemandangan, aliran sungai, petak-petak sawah nan hijau, serta tebing-tebing yang curam. 

Trekking menurun Janjang Koto Gadang melalui pintu masuk di Kab. Agam



Sebelum berniat menyusuri Janjang Koto Gadang, pastikan dulu Anda dalam keadaan sehat wal afiat, karena membutuhkan tenaga yang besar dan stamina yang kuat untuk berhasil menyusuri Janjang Koto Gadang. Jangan lupa siapkan bekal air minum. Jika memang dirasa tidak mampu, jangan memaksakan diri, karena medan yang akan ditempuh cukup berat dan menantang, kita harus trekking di jalur yang mendaki dan menurun. Tidak ada yang mengharuskan untuk berjalan menyusuri pulang balik Janjang Koto Gadang dalam waktu yang bersamaan kok. Jika sekiranya tidak kuat, cukup jelajah setengah perjalanan saja.

Saya, seberapa jauh? Jelaass doong, nggak kuat! Hahaha. Karena niatnya jalan-jalan santai, bukan olah raga ataupun trekking naik turun ya, jadi ya seperlunya aja. (Alasaan ini mah, haha). Seperempat jalan entah ada atau tidak, karena trekking menurun dan mendakinya cukup curam bagi saya, berasa mau jatuh aja rasanya. Itu saja sudah cukup membuat saya keringetan, nafas ngos-ngosan dan jantung bekerja lebih keras. 

Trekking menurun Janjang Koto Gadang

Penasaran? Cuuzz, temukan waktu luang liburan untuk trekking di Janjang Koto Gadang. Tes fisik Anda, seberapa jauh Anda mampu menyusurinya, seperempat jalan dan berakhir photoshoot seperti saya, setengah jalan, satu jalan atau justru ‘terpaksa’ bolak balik karena tidak ada sopir dan kendaraan parkir di satu sisi?

Its up tou you




Salam,


Lisa.

2 komentar:

  1. Wah sepertinya menarik ya Janjang Koto Gadang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa,, yuuk kesana..
      terima kasih sudah mampir ya,, salam kenal :)

      Hapus