Jumat, 15 Januari 2016

A Happy Unhappy Moments of 2015




Assalamualaikum...

2015. Kalau diingat – ingat lagi satu tahun kebelakang, merupakan tahun yang luar biasa untuk hidup saya. Entah karena saya yang terlewat baper dan geer atau gimana, tapi saya merasa saya melalui banyak sekali ujian dan mulai berani mengambil keputusan-keputusan besar dalam hidup saya. Keputusan-keputusan besar itu sukses membentuk saya menjadi diri saya yang sekarang ini. Eccieeh... Hehehe

Jadi, apa aja sih ujian hidup yang saya alami?

Puas LDR dan LDM
Saya menyebut LDR (Long Distance Relationship) dan LDM (Long Distance Married) adalah sebuah Lifestyle. Mengapa? Karena, banyak sekali pasutri yang menjalani hubungan itu di masa sekarang ini, bukan hanya saya dan suami saya. Alasannya ya jelas bervariasi tergantung dari yang menjalani. Mulai dari alasan finansial, alasan sayang dengan pendidikan tinggi yang sudah dienyam, alasan kesejahteraan keluarga, dan sebagainya. Segala sesuatu memerlukan sebuah proses. Kami (saya dan suami saya) telah melalui proses itu beberapa tahun lamanya. Kami pun merasa cukup. Cukup bagi saya. Cukup juga bagi suami saya. Sudah sewajarnya saya mengabdikan hidup saya untuk keluarga yang sedang kami bangun bersama. Keputusan itu mendorong saya untuk lebih berani mengambil keputusan besar lainnya, yaitu resign.



Resign
Bagi sebagian orang mungkin resign itu adalah hal mudah. Semudah pindahan kantor, cukup membawa diri beserta cv dan menunggu panggilan. Bagi saya, keputusan resign merupakan keputusan yang cukup menguras otak. Berbagai macam pilihan dan konsekuensinya saya diskusikan dengan suami saya. Apa yang harus, apa yang tidak harus, apa positifnya, apa negatifnya. Semuanya kami bahas. Dan itu tidak hanya memakan waktu satu atau dua bulan. Saya membutuhkan lebih banyak waktu untuk berpikir. Berada diantara keinginan dan kewajiban itu tidak mudah, apalagi menyeimbangkannya.



Welcome, A New Married Life!
Tujuan dari keluarnya saya dari pekerjaan kantoran yang saya miliki adalah untuk mengabdikan diri saya full hanya untuk keluarga saya. Akhirnya mendorong saya untuk mengambil langkah selanjutnya. Saya harus siap berpindah-pindah rumah untuk mewujudkan keinginan kami. Welcome, a new married life. Memang ya, kehidupan rumah tangga baru bisa kita rasakan kalau kita sudah berada di bawah satu atap yang sama. Saya pun akhirnya paham fungsi dari ucapan “Selamat Menempuh Hidup Baru”. Hehehe. Begitulah, saya mulai belajar macam-macam, semacam-macamnya pekerjaan rumah tangga. Segalanya berubah.
 
Bahasa Minang
Setahun lebih saya ikutan ‘nebeng’ suami disini, Kota Duri, Riau. Dan saya belum bisa Bahasa Minang sama sekali! Hahaha. Lidah dan otak Jawa saya berasa kelu mengartikan apa yang orang katakan kalau menggunakan Bahasa Minang. Boro-boro ngejawab dan ikutan ngobrol, paham apa yang diomongin aja enggak. Hahaha. Selain itu, kebanyakan dari teman-teman suami dan para istrinya adalah Orang Jawa, jadi we nggak berkembang itu pergaulannya! Orang temen-temennya juga Orang Jawa semua! Hehehe.

Memulai Blogging
Lepas dari pekerjaan kantor yang menguras otak selama lebih dari delapan jam sehari, membuat saya mencari –cari kegiatan positif lain untuk mencegah timbulnya rasa bosan karena tinggal seharian dirumah. Akhirnya saya pun mempelajari berbagai hal, termasuk diantaranya adalah blogging. Tergabung dalam beberapa komunitas cukup mengobati kerinduan saya akan ‘dunia luar’. Ecieeeh... Biar tetep eksis meskipun sehari-hari hanya duduk manis di depan lepi gitu.

Travelling
Salah satu keuntungan yang bisa saya peroleh dari ‘nebeng’ suami adalah travelling. Menjadi istri seorang kontraktor, memberikan saya kesempatan travelling yang begitu luasnya yang tidak pernah saya banyangkan sebelumnya. Saya tidak pernah bermimpi saya bisa Menjelajahi Sumatera Barat yang notabene berada di Pulau Sumatera, berjarak ribuan km dari rumah orang tua saya. Lha wong yang di Pulau Jawa seperti Air Terjun Sri Gethuk aja baru dikunjungi Agustus 2015 kemarin. Benar-benar Alhamdulillah.

Chavery Beach Hotel - Bungus, Padang

Jadi, apakah saya sempat menyesal dengan semua keputusan-keputusan yang sudah saya ambil? Saya rasa saya tidak akan pernahmenyesal, karena segala sesuatu akan berproses dengan sendirinya. Hanya saja, kadang-kadang masih sering sedih dan kangen dengan mereka, teman-teman seperjuangan saya yang masih berjuang di kantor cabang masing-masing, terutama perempuan-perempuan hebat diluar sana yang berhasil menyeimbangkan kehidupan karir dan keluarganya. Keep a balance life sist!





Salam,



Lisa.

  
Nb: Tulisan ini diikutsertakan dalam IHB Blog Post Challenge: “The Best Moment of 2015”. Yuk ikutan tantangan  indonesian-hijabblogger.com ini, ada hadiah menarik bagi yang terpilih lho, jangan sampai ketinggalan ya, hari ini terakhir nih, maksimal tgl 15 Januari 2016 ya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar